Laman

Sabtu, 03 November 2012

nabi Muhammad manusia biasa ?



NABI MUHAMMAD
MANUSIA BIASA ?

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Saudaraku pembaca, suatu hari penulis pergi ke sebuah toko buku yang menjual buku-buku bacaan islami. Di sana penulis melihat sebuah buku yang judulnya berhubungan dengan Nabi Muhammad. Ketika diperiksa isinya, penulis menemukan sebuah halaman yang dihalaman tersebut dikatakan: "Kita tidak usah memuji Nabi Muhammad karena beliau manusia biasa yang sama seperti kita..." dan is berdalill dengan mengajukan ayat:

قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۟ بَشَرٌ۬ مِّثۡلُكُمۡ

"Katakanlah, sesungguhnya aku manusia seperti kalian." QS Al Kahfi 110.

Sekilas, pernyataan ini seolah menggambarkan kepada kita bahwa yang mengatakan ini menganggap Nabi Muhammad tidak memiliki banyak kelebihan, beliau tidak lebih dari seorang Nabi yang diutus Allah.

Apakah beliau manusia biasa yang sama seperti kita? Dan hagaimanakah Al Quran menerangkan ungkapan "Rasul itu manusia biasa seperti kita"?

Mari kita bahas sedikit lebih terperinci masalah ini.



Mereka yang beranggapan bahwa Nabi Muhammad SAW itu manusia biasa seperti kita, karena mereka mengambil pemahaman sebuah ayat yang mungkin kurang mereka fahami secara benar makna agung yang tersirat di balik ayat ini, yakni ayat:

"Katakanlah, sesungguhnya aku manusia seperti kalian." QS Al Kahfi 110
Dari sinilah lahir pemikiran bahwa "Nabi Muhammad manusia biasa yang sama seperti kita, dan beliau tak usah diagungkan."
Saudaraku seiman, patut kita ketahui bahwa ayat ini turun bukan bertujuan mempersamakan beliau dengan orang biasa, atau menjadikan orang beranggapan bahwa beliau manusia biasa. Namun ayat ini adalah sebuah pelajaran dan salah satu bentuk Tarhiyah Ilahiyah dari Allah untuk hamba pilihanNya agar bertawadhu (rendah hati) dan menunj ukan bahwa beliau dari kalangan manusia anak cucu Adam AS juga sama jenisnya seperti kalian bukan dari bangsa malaikat atau lainnya, begitulah yang diterangkan oleh seorang ulama yang diakui keilmuannya Al Imam Al Qurthuby dalam tafsirnya.
Beliau makan seperti apa yang kalian makan, menikah dan memiliki sifat manusiawi lainnya juga, seperti layaknya manusia bukan dari bangsa malaikat atau jin. Jadi, kita tetap meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang anak manusia, namun kelanjutan ayat pertama tadi menerangkan kepada kita letak perbedaan antara beliau dengan manusia biasa, yaitu yang berbunyi:
قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۟ بَشَرٌ۬ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ

"Katakanlah, sesungguhnya aku manusia seperti kalian, diturunkan wahyu kepadaku" QS Al Kahfi 110

Kata-kata "diwahyukan kepadaku" itulah yang menjadikan beliau beda dengan manusia biasa, karena kita semua tahu bahwa hanya seorang Nabi dan Rasul sajalah yang diturunkan wahyu oleh Allah, dan mustahil bagi Allah salah memilih orang. Juga Ia lebih mengetahui siapa orang tepat yang dipilihNya untuk mengemban misi yang mulia yang berupa wahyu itu. Apakah Allah memilih sembarang orang untuk dijadikan Nabi dan Rasulnya? Tentu tidak, dan kita semua tahu dan wajib meyakini bahwa setiap Rasul memiliki sifat wajib yang empat, yang belum tentu ke empat sifat wajib itu ada dan lengkap pada diri setiap manusia biasa seperti kita. Empat sifat tersebut Telah diketahui oleh anak-anak kecil yang belajar agama di pondok pesantren atau madrasah diniyah. Sifat wajib itu adalah shidhiq (jujur), amanah (amanat), fathanah (cerdas) dan tabligh (menyampaikan). Dan status kenabian pula yang akan menerangkan kepada kita puluhan bahkan ratusan perbedaan dengan manusia biasa.

Jadi konsekwensi logisnya jelas, amatlah berbahaya jika seseorang yang mengatakan dan meyakini bahwa salah satu nabi dan rasul Allah adalah "Manusia biasa yang sama seperti kita", karena ini berhubungan dan akan mempengaruhi tauhidnya, dimana tauhid itulah modal seseorang untuk menggapai keselamatan dunia akhirat. Maka secara tidak langsung orang yang meyakini bahwa "Nabi atau Rasul itu manusia biasa seperti kita", ia telah menghilangkan salah satu atau seluruh sifat wajib para rasul, karena ia menyamaratakan status Rasul dengan manusia biasa yang kadang suka berbohong atau khianat dan lain sebagainya, yang lebih dahsyat lagi bila yang ia yakini demikian itu adalah pemimpin seluruh nabi dan rasul Nabi Muhammad SAW, yang telah mendapat banyak pujian dari Tuhan semesta clam.
Jika kita menelusuri kembali sejarah yang didatangkan Al Quran, yang menceritakan kepada kita tentang orang-orang ummat terdahulu sebelum kita, yang tak mau mengikuti ajakan para utusan Allah SWT, maka kita akan mendapati banyak kata-kata "Kahan atau kamu manusia seperti kita" tersebut telah dilontarkan oleh orang-orang yang tak mau beriman kepada beberapa utusan atau Rasul Allah dan dijadikan alasan keengganannya mengikuti ajaran Rasul tersebut. Karena mereka memandang para utusan Allah dari sisi Basyariyah (segi kemanusiaan) nya saja, dan mereka memandang beliau-beliau para Rasul "Manusia sama seperti kita" tidak memandang segi Khushushiyah para Rasul tersebut. Dahulu orang-orang kafir memandang dan menyatakan "Kama manusia seperti kami" terhadap Nabi-nabi mereka, namun sekarang yang terdengar dari beberapa kelompok muslim menambah dengan kata "biasa" sehingga terangkai kalimat yang sangat memalukan yaitu "Muhammad manusia biasa seperti kita".
Pembaca yang budiman, beberapa firman Allah berikut ini menggambarkan ucapan-ucapan kaum kafir sebelum kita atau salah satu alasan mereka yang tak mau beriman kepada para Nabi Allah, sebagian besar dari mereka yang tak mau beriman kepada para Rasul itu beralasan di bawah ini:
قَالُوٓاْ إِنۡ أَنتُمۡ إِلَّا بَشَرٌ۬ مِّثۡلُنَا

"Mereka berkata: kamu (Ibrohim) tidak lain kecuali manusia seperti kami" QS Ibrohim 10.

فَقَالَ ٱلۡمَلَؤُاْ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوۡمِهِۦ مَا هَـٰذَآ إِلَّا بَشَرٌ۬ مِّثۡلُكُمۡ

"Berkata kelompok yang kafir dan kaumnya (Nuh) tidaklah ia kecuali manusia seperti kalian" QS Al Mu minun 24.

مَا أَنتَ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا

.”Kamu tidak lain kecuali manusia seperti kami" QS Asy Syu’aro 154

مَا أَنْتُمْ إِلاَّ بَشَرٌ مِثْلُنَا
"Kalian tidak lain kecuali manusia seperti kami juga" QS Yaasiin 15.
Dan masih ada lagi ayat-ayat yang menerangkan demikian, jadi jelaslah sudah bagaimana sepatutnya kita memandang Nabi besar Muhammad SAW, bahwa beliau adalah seorang manusia dan hamba Allah yang paling bertakwa dan rasulNya, namun bukan manusia yang sama dengan manusia biasa lainnya.

Jadi amat tidak patut kita menilai beliau seperti diatas, atau berkata demikian kepada Nabi kita? Lagi pula apa tujuan mereka memberi pernyataan itu untuk Nabi Muhammad SAW? Apakah kita ingin mengikuti jejak kaum kafir terdahulu dalam memandang Nabi kita? apakah tak ada ungkapan yang lebih indah dari kata-kata di atas?

أَمۡ لَمۡ يَعۡرِفُواْ رَسُولَهُمۡ فَهُمۡ لَهُ ۥ مُنكِرُونَ

"Ataukah mereka tidak mengenal Rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?" QS Al Mu minun 69.
Pembaca yang budiman, seorang ulama kaliber di zamanya Al Qodhy 'Iyyadh dalam kitabnya menyatakan akan sosok. Nabi Muhammad, maxi kita simak pernyataannya untuk kita renungkan bersama apakah "beliau manusia biasa seperti kita".
Al Qodhy lyyadh —Rahimahullah- dalam kitabnya Asy Syifa beliau menyatakan: "Bagi orang yang pernah mendalami sedikit saja ilmu agama, atau bagi orang yang oleh Allah SWT pernah dianugrahi secercah pemahaman akan ilmu agama, niscaya orang tersebut akan mengetahui bahwa Allah SWT telah meninggikan martabat Nabi kita SAW, mengkhususkan beliau, serta menganugrahkan untuk beliau beragam keutamaan dan kelebihan, juga menyatakan berbagai ungkapan tentang kebesaran jabatan dan kedudukan beliau di sisiNya, semua tak terbatas, tak terbandingkan keindahannya, sukar untuk diungkap dan di lukiskan secara rata dengan lisan maupun tulisan."
Mengenai kebesaran Nabi Muhammad SAW, pernah dinyatakan Imam Muhammad Al Bushoiry dalam Burdahnya:

"Sesungguhnya keagungan Rasulullah tak terbatas, hingga tak ada satupun pembicara yang dapat melukiskannya (dengan sempurna) dengan lisan."

Ibarat sebuah batu, Nabi Muhanunad SAW laksana scbuah permata atau berlian yang indah menawan yang berada diantara bebatuan yang lain, batu yang lain pun sejenis batu pula namun bukan permata, dan kami pun mengakui bahwa permata itu jenis batu. Mungkin anda akan ditertawakan banyak orang jika anda menyamakan harga atau nilai berlian dengan batu koral yang dijadikan bahan pembuat aspal, walaupun anda beralasan keduanya sama-sama batu. Sama halnya jika anda menyamakan harga buah apel dan anggur hijau yang segar dengan sekilo buah jamblang dan kecapi,' meskipun bisa jadi juga anda beralasan keduanya sama-sama tumbuh dari tanah. Lebih jauh lagi, bisa juga anda menyamaratakan air zam-zam dengan air kemasan dan air surnur yang di rumah anda, walaupun keduanya sama-sama air dan bersumber dari bumi. Intinya, persamaan jenis di atas adalah tidak setara (being inequal) dalam nilai. Itulah logikanya.

Bukan hanya keterangan di atas, namun dibalik lembaran buku­buku yang anda pegang ini, akan diulas lebih banyak lagi keterangan akurat yang menyatakan bahwa beliau makhluk yang penuh kemuliaan dan keistimewaan, bukan manusia biasa seperti yang kerap didengung­dengungkan oleh beberapa beberapa kalangan yang tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang ilmu agama, sebuah kondisi yang tentu saja amat memalukan.

Maka pada akhirnya kita dapat menyimpulkan beberapa point. Pertama, penjelasan di atas agaknya cukup untuk menjelaskan bahwa Nabi Muhammad makhluk yang mulia dan dimuliakan Allah.

Kedua, kita semua umatnya meyakini bahwa beliau memang manusia yang berjalan di pasar, menikah, makan, tidur dan memiliki sifat-sifat Basyariah (Manusiawi) wajar lainnya. Namun beliau tidak seperti manusia biasa dan tak pantas disamakan dengan manusia biasa yang lain, karena Allahlah yang membuat beliau beda dengan mahlukNya yang lain.

Seperti halnya para sahabat yang tentu raja sangat memahami kepribadian beliau- tak satu pun terdengar dari mereka para sahabat yang mengatakan kepada Rasulullah "Yaa Muhammad, engkau manusia biasa seperti kami." Atau "Muhammad Nabi kami dia tidak lain kecuali hanya manusia biasa seperti kita." Ungkapan-ungkapan ini belum pernah kita dapatkan terucap dari mereka. Akan tetapi yang justru keluar dari mulut para sahabat untuk beliau adalah ucapan-ucapan yang penuh ta'dzim dan penghormatan. Seperti ucapan Sayidina Umar "Demi ayah dan ibuku yaa Rasulullah, sungguh mulia martabatmu disisi Allah, hingga Allah..." atau seperti ucapan Al Imam Ali Bin Abi Tholib "Demi ayah dan ibuku (Yaa Rasulullah), engkau sungguh harum baik scat hidup atau setelah wafat." Dan lain sebagainya, ucapan dan perilaku mereka para sahabat penuh takdzim kepada baginda Nabi SAW, keterangan ini dapat anda simak beberapa halaman lagi.

Berikut ini penulis akan menguraikan sedikit keterangan seputar Nabi Muhammad SAW yang kami ulas dari ayat-ayat suci Al Quran, hadits dan pendapat ulama. Mudah-mudahan apa yang kami kemukakan ini dapat bermanfaat.


Sumber              : Buku “NABI MUHAMMAD MANUSIA BIASA”
Penyusun           : Muhammad bin Alwi Al-Haddad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar